15.12.12

Menantang Peneliti Atasi Kekeringan Sikandri

Kekeringan dan banjir telah menjadi persoalan klasik di Jawa Tengah. Sejumlah daerah di Jawa Tengah lekat sebagai daerah langganan banjir, sedangkan beberapa daerah lainnya menjadi daerah rawan kekeringan.

Banjir umumnya terjadi karena buruknya tata kelola kota. Banyak saluran air yang mestinya berfungsi mengalirkan air justru tersumbat karena tidak terpelihara. Akibatnya, ketika hujan atau rob datang air tumpah ke jalan dan permukiman.


Berbeda dengan itu, kekeringan umumnya disebabkan oleh kerusakan lingkungan yang sistemik. Rusaknya daerah aliran sungai karena alihfungsi lahan membuat mata air kering. Akibatnya, ketika musim kemarau tiba, mata air sama sekali tidak keluar.

Pegunungan
Namun, di dusun Sikandri, desa Petuguran, Punggelan, Banjarnegara kekeringan terjadi karena letak daerah tersebut persis di atas punggung bukti. Meski hutan damar dan pinus di sekitarnya terjaga dengan baik, dusun ini menjadi dusun paling rawan kekeringan. Pada musim hujan saja mereka tidak bisa mengalirkan air ke rumah, terlebih jika musim kemarau tiba.

Dusun Sikandri terletak sekitar 30 kilometer arah utara kota Banjarnegara. Tercatat, dusun ini dihuni lebih dari 100 kepala keluarga. Selama ini mereka memanfaatkan sendang di hutan untuk keperluan MCK. Supaya memiliki stok air di rumah, mereka harus ngangsu memikul air dengan ember dan derigen dari sendang.

Sekitar tahun 2004 Sikandri sebenarnya telah mendapatkan fasilitas pompa air dari Dinas Pekerjaa Umum supaya air dari lembah bisa dinaikkan ke perkampungan. Namun alat itu sekarang tidak berfungsi lagi. Pompa air ditengarai rusak, sedangkan bak penampungan mangkrak. Akibatnya, penduduk Sikandri harus ke sendang jika sewaktu-waktu memerlukan air.

Di Sikandri, hingga saat ini masih bisa dijumpai penduduk yang memikul air pada pagi dan sore hari. Pagi hari mereka membersihkan badan, mencucui, atau sekadar buang air di sendang, dan pulang memikul air. Begitupun pada sore hari, mereka membersihkan badan dan pulang memikul air. Karena sendang yang mengalirkan air hanya dua tempat, pagi dan sore hari terkadang mereka harus antri.

Melihat pemandangan seperti itu, penulis sempat berpikir sebaiknya penduduk Sikandri direlokasi. Sebab, dalam benak penulis, sampai jangka waktu yang sangat lama pun penduduk Sikandri akan kesulitan air. Tetapi cara ini mustahil di tempuh karena banyaknya kepala keluarga yang tinggal di sana. Apalagi aset berupa tanah dan bangunan tidak mungkin ditinggalkan.

Karena itulah, supaya penduduk Sikandri bisa menikmati air, perlu dilakukan langkah besar. Karena pompa air terbukti tidak bisa difungsikan, di Sikandri perlu dibuat embung penampung air hujan atau pembuatan biopori dalam jumlah besar. Keduanya digunakan sebagai penampung air saat musim hujan sebagai stok menghadapi kemarau.

Mengundang Peneliti

Namun, gagasan membuat embung dan biopori tentu saja memerlukan riset panjang selain dana besar. Jika suatu saat pemerintah beritikad membuatnya, para ahli tanah dan air harus diundang melihat fenomena yang terjadi Sikandri.

Sikandri terletak di atas punggung bukit. Sumber air terdekat yang selama ini dimanfaatkan pendudk sekitar 1 kilometer di bawah perkampungan. Di sekitar dusun tersebut hutan damar masih terjaga dengan baik. Pohon-pohon damar itu bahkan tumbuh menjulang, mencapai ketinggian mencapai 40 meter.

Minimnya sumber air membuat pertanian di Sikandri sulit berkembang. Penduduk di sana, sebagaimana penduduk Petuguran umumnya, berkebun dan berternak. Komoditas yang paling digemari adalah kayu sengon karena dianggap tahan dalam tanah yang kering. Hasil pertanian berupa pisang dan kapolaga masih sulit dikembangkan.

Ketika mengamati kondisi Srikandi; tanahnya yang kering, serta antrian penduduk menunggu giliran mandi, penulis sempat membatin, kenapa kondisi seperti ini dialami penduduk Sikandri. Padahal, sebagai salah satu kebutuhan primer, air mestinya bisa didapatkan dengan mudah.

Penulis juga sempat berandai-andai, suatu saat akan digelar kompetisi tata air di Sikandri yang bisa diikuti mahasiswa teknik seluruh Indonesia. Mereka diberi kesempatan melakukan riset di sana, dan dipersilakkan mengajukan solusi. Pemenang kompetisi tersebut, yang memiliki rencana pembangunan paling baik mendapat hibah dari pemerintah untuk merealisasikan rencanannya.

Khayalan penulis muncul karena selama ini banyak perlombaan tata kota banyak dihelat. Kompteisi tersebut bahkan biasanya melibatkan para penEliti handal dengan hadiah ratusan juta rupiah.

Di samping itu, banyak hasil penelitian berupa skripsi, tesis, maupun disertasi yang membahas pengelolaan air dihasilkan mahasiswa. Jika suatu saat ada mahasiswa yang melakukan penelitian di Sikandri dan berani mengajukan konsep mengatasi krisis air di sana, pemerintah tentu perlu mempertimbangkan pendanaannya. Sebab penduduk Sikandri memerlukannya.

Surahmat, warga Dusun Sampan, Petuguran

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.